Mencoba Berdamai Dengan Diri Sendiri Chapter 9

A+ A-

Cerita Sex Bersambung Mencoba Berdamai Dengan Diri Sendiri

Kisah Mencoba Berdamai Dengan Diri Sendiri Chapter 9

? NOVELBASAH ? Ber jam-jam lamanya aku menutup wajah ku diantara kedua lutut ku
Menahan malu
Tubuhku letih, tapi aku tak bisa tidur
Terdengar suara langkah kaki berjalan..

“HEY..!!”

Lalu pintu sel ku terbuka, dua orang sipir mendekatiku

“SIAPA YANG MEMBERI MU PAKAIAN?!”
“aku tidak tahu.. “ jawab ku …
“LEPAS!”
“Cepat ! lepaskan pakaian itu !” sipir itu menghardik ku

Tubuh ku yang sudah letih dan capek, tak mampu untuk melawan. Aku hanya bergerak pelan melepas pakaian TAHANAN itu.
Belum sempat terlepas semuanya, pakaian itu sudah ditarik paksa oleh sipir itu, lalu kemudian sipir itu keluar sel ku dan mengunci nya kembali.

“SIAPA YANG MEMBERI JALANG INI PAKAIAN?!!” tanya nya ..
“JAWAB.. cepat JAWAB..!!”

Beberapa sipir mengeluarkan kata kata kasar dan membentak sel disebelah kiri dan kanan ku. Tapi tak ada yang mau mengakui siapa yang memberikan pakaian kepada ku.

“baiklah, kalau tak ada yang mau mengakui, akan aku hukum kalian semua!” ancam sang sipir..
“cepat pakai, pakaian kalian masing-masing ! cepat !”
“yang tak punya pakaian tahanan, berarti dialah pelakunya dan akan mendapat hukuman !”

Terdengar gaduh dan ribut didalam sel.
Para tahanan itu gaduh mencari pakaian tahanan orange mereka masing masing.
Kulihat ada beberapa pria yang berkelahi karena memperebutkan pakaian orange itu.
Dan ketika semua sudah berpakaian lengkap, hanya seorang saja yang tak memiliki pakaian orange.

“hey, mana baju kamu?!”
“dipakai teman saya pak “ katanya sambil menunjuk teman nya.
“sini kamu keluar ! kamu akan diberi hukuman !”

Pria itu terlihat tak mau keluar dari sel nya karena tahu akan diberi hukuman, tapi teman teman nya yang lain mendorong nya aga mendekati ke pintu sel, lalu kemudian pria itu di keluar kan dari sel nya.

“kamu, push up sebanyak 20 kali ! cepat !”

Pria itu pun kemudian mengambil posisi push up …
Lalu kemudian menghitung…

Satu…
Dua ..
Tiga ..
.
.
Delapan belas…
Sembilan be……..

CETAR !! CETAR !! CETAR !!
Belum sempat habis dia mengucap kalimat sembilan belas; tiga kali cambukan rotan menghantam tubuh nya…

“Aduh .. aduh .. ampun… “ pria itu meminta ampun mengharap belas kasih
Suaranya menggema di seluruh ruangan penjara…

Sipir penjara itu membuka pintu sel nya dan menyeret pria itu untuk masuk kembali kedalam sel.
Lalu berpindah ke pintu sel ku, Membuka pintu nya..
Lalu kemudian memborgol tangan ku dihadapan, dan menarik ku keluar dari dalam sel…
Tubuhku yang lemas tak berdaya itu hanya mengikuti saja kemana tubuhku akan di bawa.
Dua orang sipir itu kemudian memegang tangan kiri dan kanan ku, dan membawaku pergi.
Tak ada lagi suara riuh dan gaduh seperti pertama kali aku datang …
Para narapidana hanya menatap tubuh ku saat melewati sel mereka …
Aku tertunduk malu..
Aku tak mengenal mereka..
Tapi aku malu..

Mereka tak lagi bersorak …
Terlihat rasa takut diwajah mereka …
Takut akan pelakuan tak adil dari para sipir
Mereka hanya memandang ku berkerumun ….
Dengan tatapan yang tak lepas ..

Kulihat aku dibawa melewati beberapa lorong, sebuah ruangan, lalu kemudian sampai di tempat terbuka dan sebuah kolam cukup besar yang terbuat dari semen, mungkin seperti bak mandi besar karena tinggi nya sepinggang orang dewasa.
lalu beberapa buah sepeda motor yang sedang di cuci.

Aku tak tahu jam berapa sekarang, aku hanya melihat matahari sudah hampir tergelincir dari atas kepala, dan mungkin beberapa jam lagi akan terbenam.

Sipir itu kemudian men duduk kan aku di tepi kolam, dan memanggil dua orang disana …

“eh, Rama dan Santoso.. kesini kalian !!”
“siap pak.. “ sahut keduanya mendekat sambil menunduk.
“mandikan jalang ini sampai bersih !”
“siap pak ..”

Terlihat keduanya mengenakan kaos putih dan celana pendek.
Mungkin tugas mereka cuci motor..
Entahlah..
Aku hanya menduga bahwa mereka bukan bagian dari sipir penjara; mungkin karyawan; atau tahanan yang di suruh-suruh. Entahlah.

BYUR!!

Tubuhku disiram air oleh Rama dan Santoso..
Lalu kemudian kurasakan tangan mereka berdua menggerayangi tubuhku ..
Mengoleskan sabun di punggung dan pyudara ku…
Tercium aroma sabun nya..
Itu bukan sabun mandi..
Mungkin sabun cuci motor, atau sabun cuci piring…
Spon sabun nya pun terlihat jelas !
Itu spon untuk cuci motor!
Lama mereka menggosok tubuh ku..
Terdengar cekikian mereka berdua..

“gantian dong, masa kamu terus..”

Aku tahu maksud nya, salah seorang dari mereka meminta gantian agar bisa menggosok payudaraku.
aku hanya bisa pasrah dengan perlakuan itu …
membiarkan mereka menjamah dan meremas payudaraku dengan dalih membersihkan tubuhku …

BYUR!
Air disiram lagi.. dan aku disabuni lagi …
Tak henti henti nya mereka menyabuni tubuh ku seolah masih belum bersih…

“hey, itu kaki nya juga dibersihkan disabunin” sergah salah seorang sipir
“siap pak”

Kedua orang itu mengangkatku untuk berdiri, lalu setelah aku berdiri, mereka mulai menggosok pantat, kaki, paha dan tak lupa selangkangan ku terus saja mereka gosok menggunakan sabun.
Selangkangan ku adalah yang paling sering digosok oleh mereka …
Dan sesekali jari nakal mereka menggosok clitoris ku ..
Aku hanya reflek menjauhkan vaginaku dari tangan nya …

Beberapa kali kurasakan mereka berusaha untuk ‘mencolok’ vagina ku dengan jarinya
Tapi selalu aku tepis ….

Cukup lama aku berjuang di pemandian sampai akhirnya salah satu sipir meminta untuk berhenti.
Mereka membilas tubuh ku dengan air lalu kemudian dua orang itu kemudian mengelap tubuh ku dengan kain …
Aku tak tahu itu kain apa
Yg jelas bukan handuk mandi…

Sipir itu lantas menarik tanganku dan menuntunku ke sebuah ruangan, menutup pintunya, membuka borgol ku lalu memberiku pakaian dan celana.

“pakailah..”

Sebuah kemeja orange bertuliskan tahanan dan celana pendek selutut.
Tak ada bra dan celana dalam.
Hanya pakaian itu saja.

Tak ada jendela. Hanya sebuah pintu.
Dua buah kursi dan sebuah meja.

Ruangan pengap yang tak ada ventilasi udara.
Setelah aku mengenakan pakaian itu kedua sipir itu pergi meninggalkanku sendiri di ruangan itu.

Lama aku menunggu di ruangan pengap itu ..
Tubuh ku yang sudah segar karena dimandikan kembali berkeringat..

Kucoba membuka pintu, tapi tak bisa. Pintunya terkunci.
Gerah …
Panas …

Aku hanya duduk bersandar di dinding meratapi nasib ku …
Aku tak ingin menangis..
Tak ada gunanya …

Pakaian orange itu lama kelamaan basah oleh keringat ku sendiri ..
Aku haus..
Lemas..
Perut ku berbunyi minta diisi …

Aku pasrah..
Mungkin aku akan mati disini..

Kemudian terdengar suara pintu dibuka..
Ada tiga orang laki laki masuk kedalam ruangan itu …
Salah satunya langsung duduk dikursi. Kulihat dia membawa berkas dan sebuah mesin ketik.
Sedang dua orang lain nya membawa beberapa perlengkapan.
Mereka menaruh perlengkapan itu, lalu menuju ke arahku, mengangkatku dan menduduk kan ku dikursi …
Setelah seorang tadi menyiapkan mesin ketik dan alat tulis nya, dia lantas menanyaiku..

“nama kamu siapa?”

Aku tak menjawab..
Aku terlalu capek dan lelah hanya untuk sekedar berbicara…

“jawab lah, kamu tidak akan disakiti” ucapnya

“emil… “ jawabku
“nama lengkap?”
“Paula Emilia Agustin” jawabku ..

Pria itu langsung mengetik di mesin ketik nya..

“apa kamu punya identitas?”
“tidak ada..”

“kamu berasal dari mana?”
“Kota Teluk Ampanas”

“wel, itu kota yang jauh…”

suara mesin ketik itu terus saja mengganggu telingaku ..
“kenapa kamu disini?”
“aku tidak tahu”
“kok bisa tidak tahu?”
“terjadi perang di negaraku, lalu kami mengungsi diperbatasan, aku berhasil masuk kenegara ini, lalu kemudian aku ditangkap dan dimasukkan ke penjara ini” aku menjawab sesingkat nya saja…

Pria itu menatapku sejenak, lalu melanjutkan pertanyaannya..

“kamu tahu, negara kami menutup perbatasan dan tidak ada seorang pun dari negara kalian yang boleh melintas. Lalu bagaimana kamu bisa masuk?”

Sebenarnya aku tidak ingin menceritakan hal itu, karena itu sama saja dengan membuka aib ku sendiri.
Aku hanya melamun..
Tak ingin menjawab pertanyaan itu …
“jawab lah…”
“kalau kamu kooperatif, maka semuanya akan mudah” katanya..
“seorang tentara perbatasan mengizinkan aku masuk” jawab ku..
“ok… ada berapa banyak jumlah kamu yang melintasi perbatasan?”
“hanya aku sendiri..”

Pria itu berdiri, dan menyalakan rokok nya …
Membelakangiku sebentar lalu melanjutkan pertanyaannya…

“yakin hanya kamu sendiri?”
“ya hanya saya sendiri”

“kamu tahu…”
“kemarin, seorang warga melapor kepada polisi bahwa ada seorang laki laki paruh baya, dan seorang anak kecil berumur lima tahun yang meminta perlindungan”

Aku terperangah kaget. Aku sadar, mungkin yang dimaksud orang ini adalah suami dan anak ku…

“bagaimana keadaan mereka sekarang?”

Aku kembali teringat akan keluargaku…
Aku tak kuasa menahan air mataku…
Air mataku pun menetes jatuh …

“siapa mereka?” tanya nya …

“mungkin suami dan anak ku” …
“bagaimana keadaan mereka sekarang?”

Pria itu tak menjawab lagi …

Akupun menangis..
Kurasakan air mataku membasahi pipi ku ..

“kau ingin tahu informasi tentang mereka?”
“iya..! tentu saja !”
“kooperatif lah…”

“kami akan mendokumentasikan foto dirimu…”
“kamu harus mau..”
“bantulah kami…”
“kami pun akan membantu mu..”

Aku hanya mengangguk, mengiyakan permintaannya…
Lalu salah satu pria itu mengeluarkan papan, dan menulis angka 3537
Dia menyerahkan papan itu, dan memintaku berfoto dengan tulisan itu
Aku berdiri di sebuah tembok sambil memegang tulisan itu, dan pria itu kemudian mem foto diriku.
Dari hadapan..
Samping..
Dan belakang …

Lalu aku kemudian diminta untuk melepaskan seluruh pakaian ku..
Awalnya aku menolak..
Tapi pria yang menginterogasiku mengatakan bahwa semua akan baik baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena ini memang prosedur tahanan.
Aku tak ada pilihan selain mengikuti permintaan mereka

Aku telanjang
Dan difoto bersama papan bertuliskan angka 3537 itu
Dari hadapan..
Samping..
Dan belakang…
Setelah sesi foto itu, aku kembali mengenakan pakaian dan duduk di kursi itu lagi…

“kau bekerja untuk siapa?” tanya nya
“bekerja? Aku bahkan tak punya pekerjaan..” jawab ku ..

“terjadi dua kali peledakan bom di beberapa wilayah di negara kami.. dan kami menduga pelakunya adalah Tentara Pembebasan Rakyat dari negara kamu.. itulah mengapa kami menutup perbatasan”

Aku hanya bengong, tak mengerti apa yang dia bicarakan …
“berapa banyak orang yang sudah berhasil kamu loloskan di perbatasan..?”

Aku tercengang..
Seolah semuanya sudah menjadi jelas …
Orang ini menuduh aku menyelundupkan pelaku teror dari negara kami …

“tidak ada pak.. aku tidak meloloskan siapa-siapa..” jawabku ketakutan
“lalu seorang pria paruh baya, dan seorang anak laki laki yang ditangkap polisi?”

“mereka suami dan anak saya pak.. tolong.. jangan sakiti mereka.. pak.. “

“mereka berada di markas komando anti terror untuk diminta keterangan, pria bernama johan itu mengatakan bahwa seorang wanita diperbatasan meloloskan nya agar bisa masuk ke negara ini… pria itu mengatakan bahwa wanita yg meloloskan nya menjual dirinya dengan layanan sex kepada tentara perbatasan agar bisa meloloskan dirinya… jika benar dia suami kamu, maka suami kamu itu bodoh! Membiarkan istrinya jual diri dan diperkosa tentara perbatasan !”

“Tapi aku tidak percaya dia suami kamu..! kami menduga bahwa komplotan kamu menjual kamu sebagai pelacur kepada tentara perbatasan, lalu sebagai imbalan komplotan kamu memasukkan banyak orang ke negara kami untuk melakukan teror! .. benar kan?!!”

Aku menangis sejadinya…
“.. tidak .. itu tidak benar… tolong pak… itu tidak benar….“
“ah jangan bohong kamu!”
“kami menangkap para tentara yang kedapatan berpesta dengan mu di hari itu. Kami menginterogasi mereka semua dan mereka membenarkan bahwa kamu memang pelacur yang menjual murah memek kamu.. benar kan?!”

Aku menggeleng gelengkan kepala ku…
“terus…? kamu wanita suci bersih tak bernoda? Gitu?”
“kamu bukan pelacur?”

“.. bukan…. “ jawab ku

“buktinya saja sudah jelas…”
“pasukan kami menangkap kamu dalam keadaan telanjang dan sedang disetubuhi para tentara.. masa kamu masih mengelak bahwa kamu bukan pelacur? Heh?”

“… bukan pak… saya bukan pelacur… “
“tolong pak.. saya wanita baik baik …” jawab ku sambil memelas ..

“mana ada wanita baik-baik yang mau dikentot bergilir dengan bayaran murah…”

Kepulan asap rokok nya memenuhi seluruh ruangan..
Dia kembali duduk..
Menatapku sebentar …
Lalu kemudian bicara dengan bahasa yang agak melunak ….

“kalau kamu bukan pelacur… kenapa kamu mau disetubuhi tentara perbatasan?”

Aku mulai lega..
Nada bicaranya mulai melemah ….

“ … saya tak ada pilihan lain pak, saya ingin keluarga saya selamat. Perbatasan di tutup, lalu saya berjalan menyusuri pagar perbatasan dan bertemu tentara, dia memberiku sedikit makan dan minum. Aku memelas untuk diselamatkan. Tapi tentara itu meminta bayaran… berupa tubuh ku … aku tak ada pilihan lain.. aku ingin keluargaku selamat … aku mengorbankan tubuh ku diperkosa tentara perbatasan.. hanya agar keluargaku selamat.. “

“Siapa nama tentara yang meloloskan mu ke perbatasan? Dan apa pangkatnya?”

“namanya Amos, kalau pangkat aku tidak tahu.. “ jawab ku..

Terdengar suara mesin ketik tak henti hentinya bekerja, mungkin sedang mencatat pembicaraan kami…

“sudah cukup untuk hari ini…” ucap nya …

Ketiga pria itupun berkemas, lalu meninggalkan aku sendiri diruangan pengap itu..
Tak lama dua orang sipir yang tadi menyeret ku kembali masuk. Memasangkan penutup kepala berwarna hitam dikepalaku sehingga aku tidak bisa melihat.
Aku kembali diborgol..
Aku tak melawan..
Percuma..
Batinku, mungkin aku akan dibawa kembali ke sel tahanan ku…
Aku digiring lagi melewati jalan yang aku tak tahu kemana..
Tapi panca indera ku mengisyaratkan bahwa aku tidak dibawa kembali ke sel tahanan.
Lama aku berjalan, menuruni beberapa kali anak tangga, hingga akhirnya penjaga itu berhenti dan terdengar pembicaraan yang samar samar dengan seseorang.

Terdengar suara berdecit ciri khas suara pintu dari besi…
Kurasakan leher ku dipasang sebuah pengikat dari besi..
Aku hanya pasrah tak melawan…

Lalu kemudian penutup kepalaku di buka…
Astaga!!
Betapa terkejutnya aku…

Ruangan bawah tanah!
[HIDE]

Suasana nya samar-samar temaram..
Lampu berwarna kuning tak banyak ada sehingga ruangan itu terkesan gelap…

Gelap !
Sempit !
Lembab !

Dan lebih terkejut lagi aku, ada seorang wanita dan seorang lagi laki laki.
Mereka bertelanjang tanpa pakaian sehelai pun.

Nampaknya mereka sudah mengalami siksaan yang begitu hebat.
Wajah mereka tampak lebam dengan luka tusuk dan sayatan disekujur tubuh …

Seorang pria diikat di sebuah kursi.
Kaki nya diikat di kaki meja. Dan tangan nya diikat ke belakang.
Matanya lebam hingga hampir tak dapat melihat.
Di penis nya ada banyak tusukan jarum pentul yang menembus …

Sedang yang wanita juga tak kalah menyedihkan …
Wajahnya biru keunguan tanda siksaan yang dideritanya…
Posisi nya telentang disebuah meja
Tangan nya diikat kebelakang kepalanya..
Sedang lutut nya diikat bersama siku tangan nya …
Sehingga posisi nya mengangkang jelas menampakkan daerah kewanitaannya…

Terlihat sebuah besi besar berkarat menancap di pantat nya..
Dada nya memerah mungkin bekas pukulan…
Pantat dan daerah selangkangan nya merah menunjukkan bekas siksaan yang sangat…

Aku terkejut..
Nyali ku semakin ciut..
Nampak jelas aku akan mengalami nasib yang sama dengan mereka!
Aku tidak mau !
Aku mencoba berlari… kabur..!
Tapi tidak bisa…

Leher ku sudah dirantai…
Aku merangkak..
Berteriak dan memohon untuk dilepaskan …

Aku memukul-mukul rantai besi itu sambil menangis sejadinya..

“LEPASKAN AKUUU!! … LEPASKAAAANNN.. ! AKU TAK MAU DISINI .. LEPASKAAAAAAAANNN… !!!!”

Para sipir itu kulihat beranjak pergi.
Yang kulihat hanya pria hitam, besar dengan penutup wajah.
Nampaknya pria inilah yang akan menyiksaku…

Dia mendekatiku …
Mengencangkan ikatan yang ada di leher ku…
Lalu menarik talinya…

Astaga..
Rupanya itu semacam tali gantungan…
Ya..
Tali gantungan digunakan untuk mengikat leher korban…
Aku tak tahu apa gunanya..

Bentuknya seperti tali yang digunakan untuk orang yang mau bunuh diri.
Bedanya pada bagian leher, benda ini terbuat dari besi dan rantai yang dikunci..

Kurasakan tali itu mengencang, dan menarik leher ku keatas …
Aku pasrah..
Mungkin inilah akhir hidupku..
Mati digantung ….

Tapi ternyata tidak…
Tali itu hanya menggantung ku saja, tapi tidak membunuhku…
Kaki ku masih menapak di lantai…
Tali itu… Mencegah ku untuk duduk…

Aku dipaksa berdiri…
Menyaksikan algojo itu menyiksa dua orang korban yang ada dihadapan ku….

Bersambung : Mencoba Berdamai Dengan Diri Sendiri Chapter 10

Comment