Mencoba Berdamai Dengan Diri Sendiri Chapter 3

A+ A-

Cerita Sex Bersambung Mencoba Berdamai Dengan Diri Sendiri

Kisah Mencoba Berdamai Dengan Diri Sendiri Chapter 3

? NOVELBASAH ? 2 hari berlalu,
Kevin masih saja merengek minta pulang.
Aku mencoba memberitahu nya apa yang sedang terjadi.
Suamiku berangsur pulih dari luka lebam nya, sedang dua jari nya hilang karena kekejaman perang saudara.
Yang lebih menderita lagi adalah diriku.
Setelah perlakuan biadab itu, aku mencoba untuk tetap tegar melalui apa yang sudah terjadi.

Aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri.
Memastikan semua yang sudah terjadi adalah takdir.
Aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri..
Meyakinkan diriku sendiri, jika aku tidak melakukan semua itu.
Mungkin kami sekeluarga sudah tidak ada.

Aku mencoba berdamai dengan diriku sendiri..
Bahwa tak ada dosa yang tak terbalas.

Dan mereka semua yang melakukan kebiadaban itu, akan dibalas nanti dihadapan Tuhan.

Kami berada di kamp pengungsian di luar kota.
Hanya terdiri dari tenda, terpal dan alas tidur rumput.
Tidak ada sanitasi, dan tidak ada makanan yang layak.

Ada banyak orang disini..

Mungkin ribuan…

Entahlah …

Pengungsi lemah tak berdaya..

Terdiri dari banyak wanita, orang tua dan anak anak…

Ada banyak tentara yang berjaga.
Tapi desas desus tak menyenangkan juga berhembus kencang.
Bahwa tentara juga terlibat dalam kegiatan militansi Pembebasan Rakyat.
Mencoba menggulingkan pemerintahan yang ada, lalu kemudian berusaha meraih kekuasaan.
Entahlah …

Kami tak sepenuhnya merasa aman dengan adanya kabar burung itu.

Siang itu ada banyak mobil truk terbuka datang ke arah pengungsian,
Lalu terdengar suara tembakan …

“DOR .. DOR .. DOR … !!! “

Semua orang panik dan berlarian.
Tentara yang berjaga mengambil posisi bertempur dan melakukan perlawanan terhadap kelompok bersenjata yang datang dengan menggunakan truk.

Aku berlari, aku panik, aku menjemput anak ku dan suamiku.
Kubawa lari ke arah hutan untuk bersembunyi.

Kulihat dari jauh, ada banyak ledakan dan api yang berkobar, serta suara tembakan yang tak henti henti nya.
Ada banyak pengungsi yang mencoba melarikan diri, tapi mereka tak beruntung.
Banyak dari mereka yang tewas tertembak saat mencoba lari
Kawasan hutan yang berbukit menjadi penghalang alami bagi orang orang tua dan wanita lemah tak berdaya, sehingga mereka tak bisa berlari jauh dan kemudian menjadi sasaran tembak yang mudah.
Pemandangan yang mengerikan yang belum pernah kutemui, disaat seorang perempuan muda tepat berada disampingku, tewas tertembak di kepala.
Disaat kami mencapai puncak bukit, kami berhenti sejenak karena kelelahan.
Anak ku terus menangis.
Suamiku ter engah engah menahan sakit dan lelah.
Dari atas bukit aku melihat gerombolan yang mengatas namakan Pembebasan Rakyat membantai warga pengungsi yang tertangkap.
Mereka di telanjangi,
Dipukuli,
Disiksa,
Bahkan ada yang dipenggal … kepala nya …

Manusia macam apa mereka …
Di sela nafas ku yang menderu tak beraturan, suamiku mengajak ku pergi lagi..
Pergi sejauh nya …
Tak tentu arah …
Didalam hutan …

Ditengah kelelahan yang sangat ..
Aku tak mampu lagi berjalan…
Aku tak sadar …
Aku jatuh pingsan …

Saat ku buka mata, yang kulihat pertama adalah wajah seorang perempuan tua.
Sontak aku kaget dan terbangun.

“Dimana aku?” tanyaku ..

“kamu aman bersama kami” sahut perempuan itu

“dimana suami dan anak ku?”

“mereka ada di kendaraan lain”

“kendaraan lain?” tanyaku

“iya, kita sedang dalam perjalanan menuju perbatasan negara. Kami semua hendak mengungsi”

“saat itu kami melihat suami kamu menggendong tubuh mu, jadi kami tolong dan bawa sekalian”

Aku tak bisa berkata apa apa. Aku hanya menangis dan memeluk perempuan tua itu.
Lalu kemudian dia memberiku minuman untuk diminum.
Tak ada makanan
Hanya beberapa kue kering untuk di bagi bagi.

Kami bercerita pengalaman masing masing, dan kebiadaban yang terjadi disekitar kami.
Sampai akhirnya pagi menjelang …

Pagi itu..
Sopir mengatakan bahwa kita sudah mendekati perbatasan.
Hati berdebar tak karuan..
Rasanya ingin segera terbebas dari semua kengerian ini..

Kami semua turun dari mobil …
Aku mencari suami dan anak ku.
Setelah bertemu aku langsung memeluk dan mencium mereka..
Mensyukuri kenyataan bahwa kami masih di berikan keselamatan…

Didepan pintu gerbang perbatasan banyak warga yang berkumpul ..
Ratusan jumlah nya …
Dari pengeras suara terdengar jelas suara petugas perbatasan dari negara tetangga.

“TIDAK ADA … PINTU TIDAK AKAN DIBUKA ….. NEGARA KAMI TIDAK MENERIMA PENGUNGSI ….”

Berkali kali kalimat itu diucapkan melalui pengeras suara dari negara tetangga. Tapi tetap saja warga berkerumun memohon agar dibukakan pintu perbatasan.

Suamiku ikut merangsek masuk..
Mencoba menggoyang pagar perbatasan …
Kulihat suamiku juga ikut berteriak ..
Entah apa yang di teriak kan nya …
Lalu sepertinya dia kembali tanpa hasil ….

Hari itu, banyak warga yang putus asa lalu kemudian memilih untuk duduk dan berkumpul didepan pintu perbatasan.
Kami lapar..
Kami haus ..
Tak ada makanan dan minuman …

Sementara matahari sudah semakin tinggi berada diatas kepala ..
Suamiku sudah kesana kemari mencari makanan dan minuman, namun tidak juga ditemukan nya.
Ada banyak orang yang memiliki persediaan minuman, namun enggan memberi lebih. Mereka hanya memberi steguk hanya untuk menghilangkan dahaga.

Aku meminta izin kepada suamiku untuk pergi mencari makanan atau minuman yang bisa kutemukan …
Awalnya suamiku melarang ..
Terjadi cekcok kecil diantara kami,
Tapi akhirnya suamiku mengizinkan aku pergi untuk mencari barang sedikit makanan atau minuman.

Aku pergi berkeliling mencoba mencari belas kasih dari sesama pengungsi, akan tetapi nasib mereka juga sama.
Sama saja…
Sama sama susah !

Kutelusuri pagar perbatasan, berharap bertemu anak sungai atau buah buahan liar. Dan terus saja kujalani tapi nihil ..
Hanya padang rumput setinggi pinggang orang dewasa ….
Aku sengaja tak jauh dari pagar perbatasan agar mudah kembali pulang …

Entah berapa lama aku berjalan sampai akhirnya aku melihat seorang tentara perbatasan tengah berjaga.
Sebuah pagar dari kawat membatasi kami …
Tentara itu lengkap dengan helm besi nya..
Senjata ..
Dan beberapa tas di pinggang nya …

“Paaak … tolong saya pak… “ aku memelas dengan wajah iba
“paaaak tolong saya …..!! “

Tentara itu tak menggubris permintaan ku..
Dia hanya berlalu ..
Berjalan disepanjang pagar perbatasan lalu kembali lagi ..
Aku tak bosan mengikuti nya sambil meminta perhatian nya aga rdiberi pertolongan …

“paak.. saya lapar…. tolong saya paak.. “

Tentara itu tetap saja mengabaikan ku, dan terus berlalu …

“paaak .. tolong paak …. “

aku menggoyang pagar kawat itu dengan kuat sehingga pagar kawat itu bergoyang ..
tiba tiba saja tentara itu mendekati ku dan mendorong tubuhku hingga terjatuh ketanah.

“JANGAN SENTUH……!! INI PAGAR PERBATASAN !!!” bentak nya kasar …

“Pak tolong pak, saya hanya ingin makanan dan minuman… “

Air mataku mengalir di pipi, berharap belas kasih dari seorang tentara yang dingin dan kaku.
Tentara itu terus mengawasi ku…
Aku tak berani menyentuh pagar perbatasan itu lagi, khawatir di dorong nya hingga terpental

“paaak.. tolong… “

Aku memelas sambil menangis …
Pandangan ku terarah pada botol minuman di pinggang nya

“paak.. saya minta air minum bapak saja … yg ada di pinggang bapak itu.. saya mohon… “
“cih, minum air kencing ku saja, mau kamu?” jawab nya sombong …
“jangan pak.. saya mohon .. air bersih untuk diminum.. “ jawab ku ..

Rupanya tentara itu geram juga dengan rengekan ku.
Di dekatinya pagar kawat itu, dan dibuka nya ritsleting celana nya, lalu dia kencing di hadapan ku.

“nih minum air kencing ku hahahaha…. “ ledek nya …
“ayoo cepat minum nanti keburu habis.. “

Aku hanya terdiam dan tertunduk melihat perlakuan nya …

“tuh kan habis.. kamu telat hahaha.. “ledek nya …

lalu dia membuka air minum nya, dan menyiram kan ke penis nya…
Entah apa yang ada di pikiranku..
Aku langsung mendekati nya …
Mengarahkan wajah ku ke penis nya …
Meskipun sebenarnya yang ku ingin adalah air minumnya…
Tapi aku jadi terkesan agresif…

Tentara itu sontak menarik tubuh nya menjauh dari pagar kawat …
Seolah waspada dengan pergerakan ku …

“tolong pak… saya hanya ingin air minum… “ sahut ku …
“oh air minum yaa? Hahaha… “
“nih minum tetesan air yang ada di kontol ku hahaha ….“

Tentara itu kemudian menyodorkan penis nya melalui celah pagar kawat itu …

“ayoo cepat.. katanya mau minum.. “

Aku terdiam sejenak..
Beginikah nasib ku…
Dipermalukan sedemikian rupa …

Ah persetan ….

Ku raih penis nya dengan bibir ku ..
Ku kecup penis nya yang masih berasa air minum itu …

“mmmh….” desah ku pelan ..

Kuhisap kuat sampai semua air yang menempel di penis itu berpindah ke tenggorokan ku …

“waahahahaha lonte ternyata.. “ ledek tentara itu …

Aku menarik bibirku dari penis nya ..
Kupalingkan wajah ku karena malu …

“ayoo sini… mau minum lagi?”
“iya ..” jawab ku

Tentara itu kemudian menyiram penis nya lagi lalu menyodorkan nya ke arah ku …
Aku yang sudah terlanjur malu. …
Ah .. tak ada lagi rasa malu …
Ku lumat habis air yang ada dipenis nya…
Sampai akhirnya penis itu menegang …
Dan menjadi jembatan yang menghubungkan air minum menuju tenggorokan ku …

Aku meminum nya ..
Meski tak puas …

Tentara itu menyudahi aksi nya …
Dia tak lagi menyiram air di penis nya …

“sudah.. nanti air ku habis.. “ katanya …

Tapi tetap saja dia menyodorkan penis nya untuk ku hisap …
Aku tak mau ..

“kok berhenti nyepong nya?” tanya tentara itu ..

Aku hanya terdiam menunduk malu …

“boleh kah aku minta makanan? “ tanya ku …
“kamu mau bayar pakai apa?”

Aku terdiam sejenak …
Aku mau bayar pakai apa?
Iya aku bayar pakai apa?
Pertanyaan itu mengganggu pikiranku ..
Kami pergi dalam keadaan miskin ..
Bahkan aku…
Aku pergi meninggalkan rumah dalam keadaan telah diperkosa..
Apa?
Apa, yang harus aku bayar?

Astagaaa…
Aku hanya terdiam…

“akan kuhisap penis mu lagi…” jawab ku..

Lidah ku berkata tanpa persetujuan otak dan hati nurani …
Aku tahu …
Itu jawaban orang yang sedang terdesak karena kelaparan ..
Aku teringat anak ku yang sedang merengek minta pulang..
Mungkin dia haus dan lapar …

“aku sedang bertugas… “
“aku bisa dihukum kalau ketahuan oleh komandan ku…..”
“kalau kau mau, kau bisa kembali lagi kesini, nanti malam setelah gelap. Tunggu saja disini, aku akan menjemput mu…” jawab tentara itu …
“boleh kah aku minta makanan dan minuman nya dulu untuk kubawa ke pos perbatasan?” tanyaku
“kalau aku kasih kamu sekarang, nanti kamu tidak akan kembali.. “ jawab tentara itu..
“aku bersumpah, aku akan kembali untuk membayar harga makanan yang kamu berikan”

Kulihat tentara itu sedang memikirkan sesuatu, lalu kemudian dia melemparkan beberapa bungkus kecil biskuit tentara…

“nih, bawa… dan ingat, kembalilah lagi kesini nanti malam, akan kubawakan makanan lebih”
“bagaimana dengan minuman? Aku perlu minuman…” pintaku
“tidak ada minuman sekarang… akan kuberikan nanti malam …”

Aku melangkahkan kaki ku pergi tanpa mengucap terimakasih..
Ya aku pikir memang tak perlu terimakasih …
Sebab itu memang bukan pemberian yang ikhlas …

“HEY…”

tentara itu kemudian memanggilku..
aku menoleh ke arah nya…

“Ingat !! jangan cerita kepada siapapun! Atau kau akan berakhir tragis…!!” ancam nya….
“nanti malam datang kesini sendirian”

Aku sudah trauma dengan ancaman, karena beberapa hari terakhir ini semua yang diancamkan kepadaku berubah jadi kenyataan.
Dua jari suamiku terpotong karena aku mengabaikan ancaman dari orang jahat…
Aku tak berkata, hanya mengangguk tanda setuju dengan persyaratan nya…
Siang itu suamiku terheran heran .. darimana aku mendapat beberapa bungkus biskuit tentara.
Aku hanya menjawab itu aku dapatkan di semak semak dekat perbatasan..

“mungkin sudah hampir expire, makanya dibuang orang” jawab ku singkat
Kulihat Kevin dengan lahap nya makan biskuit itu.
Aku hanya mengambil sedikit dan lebih mementingkan anak ku..
Kulihat dan kupandangi wajah anak ku …
Betapa bahagia nya aku ..
Masih melihat nya dalam keadaan sehat
Meskipun kondisi kami sangat memprihatinkan..
Ketika malam mulai gelap, aku gelisah..
Perasaanku campur aduk..
Yang menjadi beban pikiranku adalah..
Apa yang harus aku katakan kepada suamiku ..
Aku akan pergi ..
Tapi aku harus berkata apa agar dia mengizinkan ku pergi ..
Kalau aku tak pergi
Aku khawatir akan terjadi hal buruk lagi menimpa keluarga ku …
Ah persetan …
Aku semakin gelisah ..
Simalakama …
Kucium anak ku …
Ku tabahkan hati ku …
Aku mendoktrin diriku sendiri bahwa aku pergi karena ingin anak ku tetap dalam keadaan sehat dan selamat …
Disaat suami ku tak melihat ku, aku pergi menyelinap …
Pergi ke perbatasan tempat aku menemui tentara yang memberiku biskuit siang tadi …

“PERGI..!!” hardik tentara yang berjaga disitu …

Rupanya bukan tentara yang siang tadi sehingga dia tidak mengenaliku, dan aku pun tak mengenali nya …

Aku tak pergi, hanya menjauh beberapa meter dan duduk di semak semak …
Banyak nyamuk …
Aku bahkan khawatir ada ular didalam semak semak itu …
Tapi aku acuhkan saja …
Harapan ku hanya satu ..
Semoga tentara yang siang tadi tak datang …!
Sehingga aku ada alasan untuk tidak melayaninya malam ini.
Tapi ternyata harapan tak sesuai kenyataan…
Tentara yang berjaga siang tadi datang dengan mengenakan pakaian sipil.
Dia mengenaliku yang sedang duduk di semak semak ..

“EH, KAMU…!, SIAPA NAMA KAMU?! ….”
“Emil.. “ jawab ku singkat ..
“kesini kau”

Dia mengarahkan ku ke sebuah lekukan kecil yang membuat sebuah lorong dibawah pagar kawat perbatasan.
“oh ini yang menyebab kan lokasi ini dijaga tentara, ada sebuah lobang …” batin ku
“sini sama abang… “ kata tentara itu seraya merangkul pundak ku … dan mencium pipi ku

Aku hanya mengelak sekenanya, meskipun akhirnya pipi ku jadi sasaran bibir dia juga.
“woi , siapa tuh? Seenak nya aja masukin orang?” tanya tentara yang sedang bertugas
“kalem bro… ntar juga lu dapat jatah kalo sudah off tugas haha.. “
“wuih enak nih kayaknya… “
“jangan berisik bro, keep silence..”
“oke sip, asal bagi bagi aja ntar.. “ sahut nya …

Terbesit tanya di dalam hatiku, apa maksudnya bagi bagi?
Kami pun berjalan menyusuri jalan setapak.
Badan ku yang kedinginan karena hanya terbungkus baju tipis menjadi hangat karena dirangkul oleh tentara itu.
Jujur aku merasa hangat, karena sudah lama aku tidak dipeluk.
“nama abang siapa?” tanyaku
“panggil saja Amos” katanya ..
“kita mau kemana bang?”
“ke sebuah rumah ….”

Kulihat, ada sebuah desa dan kami menuju kesana. Nampaknya desa itu kosong. Aku heran dan bertanya mengapa desa itu kosong.
Bang amos bercerita bahwa desa itu ditinggalkan oleh penduduk nya karena khawatir kerusuhan di negara ku merembet ke negara nya. Oleh karena itu desa diperbatasan itu ditinggalkan oleh penduduk nya.

Sesampainya di sebuah rumah, bang amos menyalakan lampu tembok yang terbuat dari kaleng bekas minuman yang diberi sumbu sehingga menyalakan api buat penerangan.

“apa disini tidak ada listrik?” tanyaku …
“gila kau hehe.. siapa yang mau bayar..? “
=============

Amos mulai mencium ku, menggerayangi tubuhku dan meremas payudaraku …
Aku berontak …

“jangan …. “ kataku
“bukan nya aku hanya berjanji untuk melakukan blowjob “ sergahku …
“ya nanggung lah mil.. “
“sekalian aja coba…”

Aku masih saja berontak, meskipun hujan ciuman terus mendarat di wajahku…

“Mil… Emil !!” sergap Amos sembari menggoyang kedua pundak ku…
Aku terdiam sejenak…
“kalau kamu terus berontak, aku aku panggil tentara yg lain, akan aku seret kamu ke markas dengan tuduhan menyelinap ke negara kami!! Paham kamu?!”
“disitu kamu akan dipenjara!”

Aku kaget, jantung ku berdebar.
Teringat anak ku..
Bagaimana nasib nya jika aku dipenjara dengan tuduhan menyelinap ke negara tetangga

“aku hanya ingin tubuhmu…”
“sudah lama aku bertugas di perbatasan, jauh dari wanita…”
“ini kesempatan ku untuk menunaikan hasrat ku sebagai laki laki..”
Mendengar pernyataan jujur itu, aku luluh..
Entah apa lagi kalimat yang diucapkan Amos..

Aku tak menyimak…

Ku biarkan saja dia mencumbui diriku …
Mencium leher ku..
Meremas payudara ku …

Aku terangsang!
Aku horny!

Sudah lama aku tak merasakan hubungan seksual
Kubalas ciuman nya..

Bibir kami saling berpagutan…
Disaat aku sedang terangsang …
Tiba tiba saja pintu terbuka..

Beberapa pria masuk kedalam rumah…
Aku kaget bukan kepalang ..

Shock ..

Kucoba menutupi tubuh dan wajahku dengan tanganku …
Tapi …

Bersambung : Mencoba Berdamai Dengan Diri Sendiri Chapter 4

Comment