Penyiksaan Lisa dan OMNIBUSLAW Chapter 1

A+ A-

Cerbung Penyiksaan Lisa dan OMNIBUSLAW

Kisah Penyiksaan Lisa dan OMNIBUSLAW Chapter 1

? NOVELBASAH ? Kadang kita tidak tahu apa yang menjadi dasar pemikiran kita. Terlalu banyak imej yang kita taruh di kepala kita seperti : Penguasa pasti jahat, orang kaya itu kaya dari jerih payah orang kecil, orang china itu kaya, PKI itu jahat. Stereotype yang terus dibangun melalui banyak narasi, film, dan masuk ke otak kita mempengaruhi kejiwaan dan pemikiran kita secara mendasar dan tanpa disadari. Mengalahkan nalar dan akal sehat yang sesungguhnya masuk akal. Atau justru sebaliknya, kita terlalu percaya bahwa semua ulama itu baik, semua yang berwarna putih itu suci dan yang hitam itu jahat, serikat buruh itu berjuang demi buruh.

Tidak ada seorangpun sebetulnya yang saya mau jadi penjahat, tidak ada seorangpun yang berpikir bahwa dirinya jahat. Mereka hanya pelan-pelan melihat kejahatan kecil mereka itu wajar karena memang sepantasnya dan makin lama nurani mereka terkikis dan pada hitungan di kepala mereka, amal ibadah dan kebaikan mereka tetap lebih banyak koq daripada kejahatan mereka.

“Aaaaarghhhhhh……~~~~~” sebuah cambukan lain mencambukku yang tergantung diikat rantai berat di sebuah gudang pabrik yang setengah kosong. Pabrik ini nampak kumuh dan kotor dan dipenuhi oleh bau oli.

Sedangkan diriku tergantung, kakiku terluntai 15 cm dari lantai. Aku hanya bisa menahan sakit dalam keadaan telanjang tanpa benang sehelaipun yang menutup payudara dan vaginaku. Kulit putihku yang terawat kini sudah penuh bekas cambukan. Kedua tanganku terikat diatas dan menahan beban seluruh tubuhku. Pergelanganku terasa sangat sakit karena mereka mengikatku dengan rantai besi dan rasa sakitnya sudah tak tertahankan. Rambut panjangku terurai bebas dan wajahku sudah penuh sperma hasil pemerkosaan yang berlangsung selama 4 jam sebelumnya.

“Heee lonte gimana rasanya ? Baru juga kerja 4 jam udah kayak gitu ?” ujar seorang pria gempal sambil memegang-megang payudaraku. Kemudian dengan kasar dia memelintir puting kananku membuatku menjerit kesakitan yang membuat beberapa pria di sana tertawa.

Yah ada sekitar 30 pria di pabrik ini yang semuanya adalah buruh dari suatu pabrik. Aku disekap di salah satu gedung yang sudah lama tidak digunakan dan sudah setengah puing-puing. Hanya menyimpan barang-barang yang dibuang sayang tapi sudah tidak digunakan. Juga bertumpuk-tumpuk stok barang mati yang dibiarkan begitu saja. Sejak perusahaan ini memiliki gedung-gedung baru dan gudang-gudang baru, gudang yang terpencil satu ini jadi tidak digunakan lagi dan seolah terlupakan.

Karenanya mereka bebas menyiksaku dan membuatku menjerit tanpa perlu takut ada orang. Toh ada satpam pabrik juga diantara para buruh yang memperkosaku ini.

Selain sekitar 30an pria dewasa ini ada juga 7 orang perempuan buruhwati yang juga ikut menikmati bagaimana aku disiksa ini. Ketujuhnya masih cukup muda sekitar 19-27 tahun. Aku tidak tahu siapa saja mereka tapi ketujuh perempuan ini juga sama sadisnya dan wanita paling tahu bagaimana cara membuat wanita menderita.

“Lonte laknat,” ujar seorang perempuan mendekatiku. Ia memegang handphone di tangannya dan merekamku yang dalam keadaan sangat memalukan ini.

“Lonte kapitalis cina macam loe mana tau sih tentang perburuhan ? sok tau banget sih loe ribut-ribut di sosmed sok gaya. rasain loe !”

Aku hanya bisa memandangnya dengan mata sayuku dan berpasrah. Sudah sejak sejam lalu aku hanya pasrah menyadari semua effortku untuk melawan tidak ada gunanya.

Namaku Lisa, aku mahasiswa tingkat akhir S2 jurusan bisnis di salah satu perguruan di Jakarta. Banyak yang bilang parasku cantik namun memiliki kesan jutek dan galak padahal aku termasuk ramah loh. Ada banyak beberapa karyawan kantoran, dan juga teman-teman di kampus yang juga mengejarku tetapi saat ini aku belum punya pacar karena aku sibuk dengan usaha sampinganku. Selain mahasiswi, aku juga seorang entrepreneur bisnis online shop yang sekarang sedang marak. Aku membuat brand baju sendiri bersama seorang temanku yang bernama Mona dan mulai berbisnis online. Kami mebeli baju dari Thailand dan China untuk kemudian dibuat tiruannya di Indonesia karena baju merupakan barang lantas yang tidak diijinkan diimport oleh pemerintah karena ingin melindungi UMKM di Indonesia. Karenanya aku biasa maklun ke beberapa penjait untuk membuat baju brandku dan juga menyetok di salah satu rumah yang jadi kantor operasional. Beruntung kami dari keluarga menengah ke atas yang memiliki sumber daya yang lumayan sehingga rumah yang kami jadikan kantor adalah rumah milik ayah Mona yang kami rental dengan harga sangat murah. Sedangkan aku hidup di salah satu apartemen dekat kampus. Usaha kami lumayan menjanjikan dan memiliki 10 pegawai termasuk admin dan juga tukang packing.

Kejadian ini bermula ketika dimulainya keributan OMNIBUS LAW yang membuat kericuhan beberapa hari lalu. Aku yang cukup aktif di sosmed entah bagaimana bisa ribut dengan beberapa orang di FB mengenai perbedaan pandangan kami.

Menurutku pendemo yang apalagi mahasiswa sangat konyol karena jika mereka berdemo bagaimana mereka dapat pekerjaan nanti ? OMNIBUS LAW menurutku dengan segala macam kekurangan dan kelebihannya memang membuat investor asing lebih melirik Indonesia karena upah kita sudah kalah dengan Vietnam dan dalam kondisi seperti covid sekarang ini banyak bos bos besar yang berhenti usahanya dan memilih bersantai menghabiskan tumpukan kekayaannya yang sudah berlimpah dan menutup usahanya membiarkan karyawannya terkatung-katung atau membangkrutkan usahanya. Belum lagi yang memang karena usaha mereka hancur-hancuran pada era covid ini.

Menurutku wajar sekali pemerintah emngeluarkan aturan yang pro pengusaha dan investor karena tidak adanya lapangan pekerjaan. yang penting orang bisa bekerja dulu dan dapat uang walau tidak menguntungkan. Ini strategi yang bagus menurutku dan dilihat dari banyak sisi memang banyak hoax dan menurutku memang ada pengusaha-pengusaha jahat yang selalu kerjaannya mencari celah hukum untuk mengeksploitasi buruhnya. Tapi sejujurnya praktek lapangan banyak juga yang gak berubah dan tetap saja pengusaha banyak juga yang baik hati yang bertarung dan bergelut di covid ini hanya akrena mereka memikirkan karyawannya. Aku banyak bertemu pengusaha yang sebetulnya bisa saja tutup usahanaya karena mereka sudah kaya tapi mereka tetap menjalankan usahanya untuk karyawannya.

Nah perdebatan ini menjadi semakin parah dan menjadi tidak sehat dan aku sungguh tidak menyangka kalau keesokan harinya ketika aku turun untuk pergi keluar dari apartemenku menggunakan mobil untuk mencari indomaret ada mobil yang membututiku dan menculikku dan berakhirlah aku disekap dan diperkosa habis-habisan oleh para buruh ini.

Awalnya aku berteriak dan memaki serta melawan tapi setelah tamparan berkali-kali dan siksaan cambuk dan pukulan serta cubitan yang kasar serta pemerkosaan sadis yang tidak berhenti mengisi liang vaginaku, aku menyerah. Aku diperawani dengan kasar oleh mereka dan dipakai bergilir di vagina dan mulutku.

Setelah 4 jam pemerkosaan sadis akhirnya aku digantung seperti sekarang ini dengan seluruh tubuh yang terasa remuk.

“Ka-kalian akan membayar perbuatan kalian nanti….” ujarku mengancam si perempuan berkerudung yang berdiri sambil merekamku dengan HPnya.

“Masih punya tenaga ini Lonte, berani sekali ya. Biar kuhukum kamu pake 10 cambukan di memekmu. Guys tolongin !” ujarnya si perempuan mengambil cambuk. Kemudian dua orang pria menarik kakiku agar terbuka lebar. Aku berusaha meronta tapi tenagaku yang sudah habis ini tidak emmberikan rasa perlawanan sama sekali untuk kedua buruh ini.

Tergantunga ku dalam keadaan telanjang dan kaki terbuka lebar. Dan dengan sadis si perempuan berkerudung mencambuk pangkal pahaku.

“Satu !” ujarnya diiringi teriakan jeritanku.
“dua….. tiga……empat……” aku menjerit merasakan vaginaku yang sudah perih dan bengkak karena melayani banyak pria kini didera dengan sadisnya.

“Ampun…. ampun…. apa yang kamu mau ?? aku akan bayaar kalian… please jangan giniiiAAAAAAAAAAAAA”

“enam….. tujuh……”
“Please… ampunnn aku turutin kalian.”
“delapan !” si perempuan tidak peduli pada suaraku. bahkan ia tersenyum melihat penderitaanku.
“sembilan !”
Aku menjerit dalam tangisanku.
“sepuluh !”

akhirnya cambuk itu berhenti mencambuk pangkal pahaku yang entah sekarang mungkin sudah lecet atau berdarah. Aku hanya bisa menangis dengan nafas berat menahan penderitaan ini. Kenapa ini terjadi padaku.

“Gw mau loe baca ini ke kamera gw,” ia memperlihatkan kertas dengan tulisan :

‘Saya LISA IRINA, berterima kasih kepada tuan-tuan semua sudah melayani saya yang hyper seks ini. Terima kasih silahkan pakai saya sepuasnya sampai pagi.’

“gw mau loe baca tanpa nangis dan muka senyum nakal menggoda. Jilat itu sperma-sperma di muka loe dan yang centil !” ujar si perempuan berkerudung.

Begitu membacanya aku langsung semakin sedih, ya mereka ingin mempermalukanku dan mencegahku melapor ke polisi dengan membuat video itu. Air mataku tidak bisa berhenti mengalir sekarang.

“Please…… kenapa kalian tega. aku gakan lapor kalian ke polisi tapi aku mohon jangan…”

“10 Cambukan di Vagina !” ujar si perempuan berkerudung itu menjatuhkan hukuman kepadaku memotong pembicaraanku. Kedua pria tadi yang ada di sampingku kembali mengangkat kakiku dan melebarkan kakiku selebar yang mereka bisa. Aku hanya terus memohon ;”Please jangan gini… aku akan lakukan apapun keinginan kalian dan melayani kalian semua sampai puas, please jangan rekam aku dan paksa aku melakukan i…AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAARGH!!!” sebuah cambukan menghajar vaginaku sekali lagi.

“Satu….” ujar si perempuan berkerudung berdarah dingin.

“ampun… ampun…. kamu juga perempuan kAAAAAAAn…”
“Dua !”

“Kamu jangan tegAAAAAAAAAAAAAAArgggh”
“Tiga….”

“ampun….ampun…aku akan baca suratnya sesuai keinginan kamu.”
“empat…”

“Aaaargh…. please aku akan baca…. sini aku bacAAAAaaaarghhhhh”
“lima”

“Aku Lisa Irina. Lonte kalian semuaAAAAAArghh…”
“Enam…”

“Aku Irina, hyper seks, pakai saya sepuaAAAAAAAAAAAAAAArghhhh”
“tujuh….”

“Please… please,…. AAAAArghhh”
“delapan…”

“huhuuhhhu…… AAAAAAAA….”
“Sembilan…”

“huhuhuhuhu aku akan baca..aku akan bacaAAAAAAAAAaargh….”
“Sepuluh….” ujarnya dingin

Apapun yang aku katakan wanita kejam ini tidak mempedulikanku dan ketika dia bilang 10 cambukan dia tidak akan berhenti, satu-satunya kesempatanku untuk menebusnya adalah seakrang sebelum si gila ini kembali menjatuhkan hukumanku.

Ia tanpa berkata-kata hanya memperlihatkan kertasnya skeali lagi. “Hafalin !” bentaknya sambil mencambuk payudarahku.

“I-iya nona…” ujarku ketakutan sambil menghafal tulisanannya

Perempuan itu mengarahkan HPnya kepadaku. Aku hanya bisa terisak berusaha berhenti menangis dan….
“jangan nangis ****** !” bentaknya
“I-iya….”

“Mulai !”
“S-saya… saya Lisa Irina, berterima kasih kepada tuan-tuan semua….(uh…) yang sudah melayani…….mmmm… saya yang hyper seks ini…..(uh…) Terima kasih silahkan pakai saya sepuasnya………(hu..hu..hu…) sampai pagi….”

“Yang genit ****** !” sebuah cambukan kembali mendarat menghajar putingku membuatku yang tergantung bergeliat dan menangis kembali. “10 Cambukan di memek dan 10 di Puting !!!” si gadis kejam itu kembali menjatuhkan hukuman mengerikan.

Vaginaku sudah sangat sakit karena sudah dicambuk 20kali sebelumnya, aku dengan wajah horror hanya bisa terbengong mencoba meyakinkan diriku bahwa ini tidak nyata dan tidak terjadi. hancur sudah vaginaku. Hancur sudah tubuhku.

“AAAAArghhh !!!!” sebuah cambukan mencambuk vaginaku.

“Itung dan bilang terima kasih !” bentaknya

“Ah…. apaAAAAAAAArghh” cambukan kedua kembali medarat di vaginaku.

“Gak itung gw cambuk terus sampe loe itung dan bilang terima kasih tiap kali dicambuk !”

“Haaaaarghhhhh !!!!” Aku kembali menjerit, “empat…. empat… terima kasih nona…”

“Dari satu itungnya ******. Enak banget ! yang awal2 u gak ngucapin gak diitung !”
Ia kembali mencambukku sekali lagi membuatku menjerit dan terkejang-kejang.

Vaginaku sudah sangat perih dan aku merasa vaginaku becek, mungkin becek karena darah, entah sperma yang keluar, entah hanya sakit sekali saja yang tak tertahankan.

Ctar !
“AAAArghhhh s-s-satu…. t-terima kasih nona ….” ujarku pasrah. Vaginaku kini semakin terasa perih.

“d..dua….~~~T-terima kasih….nona…”

perempuan sadis itu terus mencambuk Vaginaku sehingga dicambukan ke delapan aku sampai kejang-kejang dan merasakan rasa sakit yang sudah tak bisa aku tahan lagi. Tapi dia tidak peduli dan melanjutkan mencambukku beberapa kali. Pada fase ini aku berusaha mengeluarkan saura untuk menghitung sembilan dan sepuluh dan berterima aksih tapi tubuhku saking sakitnya sampai aku tidak bisa berkata-kata.Dan dengan kebengisannya dia terus mencambukku sampai aku melanjutkan hitungan ke ke 9 dan ke 10ku. Mungkin di total ada sekitar 5-7 cambukan tambahan yang kuterima saat aku tidak bisa berkata-kata.

Setelah 10 cambukan di vaginaku, mereka melepaskan kakiku kembali sehingga tanganku kembali menjadi tumpuan berat badanku. Berikutnya aku masih menerima 10 cambukan di dadaku sebagai hukuman.

Aku hanya bisa pasrah dan menangis lalu berterima kasih pada setiap cambukan. 10 cambukan di payudaraku yang membuat dadaku sangat terasa perih.

Sehabis hukuman tidak berperikemanusiaan itu aku akhirnya masih harus mempermalukan diriku,
“S-saya… saya Lisa Irina, berterima kasih kepada tuan-tuan semua….(ah….ah….)” aku mendesah dan menjilati sperma-sperma kering yang ada di sekitar wajahku.
“tuan-tuan yang sudah melayani…….mmmmhhh… saya yang hyper seks ini…..(ah…)” ujarku lagi sambil memainkan lidahku.
“Terima kasih silahkan pakai saya sepuasnya sampai pagi….” ujarku sambil mencium ke arah kamera.

“Nah gitu donk,” ujarnya. “Sekarang foto sambil senyum !” Seorang perempuan lain memegang KTPku yang dia ambil dari dompet dan menaruhnya di samping wajahku yang kupaksakan tersenyum untuk difoto.

Habislah sudah hidupku.
“Kamu bilang yang ikut Demo gakan punya masa depan karena bakal punya track record jelek kan. gak ada yang mau hire kami yang ikut demo kan kata kamu ? Sekarang kita liat hidup siapa yang akan lebih hancur.” ujar si perempuan sadis itu.

Kemudian rantaiku diturunkan dan aku tersimpuh duduk dengan tanganku masih diatas karena rantai berat itu masih mengikatku. Aku hanya pasrah ketika cowok-cowok mendekatkan penisnya dan memuncratkan spermanya ke wajahku. Terakhir para perempuan meludahiku.

“Ya kamu boleh istirahat 30 menit sebelum kami memakaimu sampai pagi,” ujar seorang buruh meninggalkanku.

Aku hanya bersimpuh dengan tanganku masih terikat di rantai. Menangis tersembab menikmati 30 menit istirahat yang mereka anugrahkan kepadaku. Seluruh tubuhku sakit dan bahkan kedua tanganku yang masih terikat di atas kepalaku tidak bisa kugunakan untuk mengelus seluruh area tubuhku yang kesakitan. Ingin aku elus payudaraku dan vaginaku yang penuh lecet dan terasa perih namun aku tak berdaya dan hanya bisa menangisi penderitaanku.

“Besok kita bawa aja nih lonte ikut demo,” ujar suara beberapa buruh.
“kita bawa dan suruh dia merangkak kayak anjing buat jadi bulan=bulanan semua buruh biar dia kapok !”
“ide bagus…”
“kita siksa dia sampe pagi dan giring dia ke demo. Wah bagus banget itu !”

Bersambung : Penyiksaan Lisa dan OMNIBUSLAW Chapter 1

Comment