Kisah Menembak Pacar dengan Semprotan Chapter 2 (Korban Ke 2)
? NOVELBASAH ? Melinda adalah karyawan di tempat perusahaan klienku. Bergerak di bidang perkapalan, bagian Procurement. Kami bertemu pertama kali saat perusahaan tempatku bekerja di undang dalam sebuah tender. Dia janda muda karena ditinggal suaminya yang selingkuh. Belum memiliki anak. Kami cukup intens komunikasi selama proyek berjalan. Berkat keahlianku mendekati wanita, hubungan kami menjadi cukup dekat. Dia sampai mau curhat mengenai kehidupan pribadinya kepadaku. Secara fisik sih tidak terlalu cantik, tapi manis sekali. Penampilannya sederhana.
Sudah setahun kami saling mengenal. Beberapa kali bertemu kami sudah seperti sahabat. Kalau dia ada acara atau meeting ke Jakarta, selalu membawa oleh2 untukku. Begitupula sebaliknya.
Kisah bermula pada hari senin malam…
Hari itu aku dikirim keluar kota, ke Bandung. Untuk mengurusi proyek tahap ke 2 yang sedang berjalan. Proyek tersebut adalah proyek ekspansi kantor barunya Melinda, klienku. Besok pagi kami akan bertemu, Meeting dengan bos nya.
Aku baru sampai Bandung dengan kereta api. Sekitar 2 jam lalu. Setelah check in dengan bookingan yang diurus oleh Deasy, sekretaris kantorku.
Hotelnya cukup enak, dataran tinggi seperti bukit sehingga dapat melihat pemandangan kota.
Kemudian aku diantar pelayan hotel menuju kamarku. Aku meletakkan barang2, lalu tiduran di kasur.
Di kamar hotel aku ditelepon oleh Fitri. Pacarku. Aaww… (ciee udah jadian)
“halo.. mas Jimmy.. Udah sampe?” katanya penuh khawatir.
“udah nih. Udah di hotel” jawabku.
“kok gak ngabarin?” kata Fitri
“sabar dong sayang.. Baru aja ngurus check in.. Nih aja baru masuk kamar” kataku
“iya.. Maaf mas..” kata Fitri pelan..
“gak apa2.. Sayang di kamar ini enggak ada kamu” kataku menggoda.
“iihh.. Apaan sih mas..” suara Fitri manja malu2.
Seperti biasa. Aku basa basi ngegombal. Fitri mengatakan kalau dia kangen banget sama aku.
Setelah ngobrol sejam lebih, aku mengakhiri telepon dengan alasan mau mandi. Padahal sih kuping udah gerah nelpon kelamaan. Cukup sulit mengakhiri pembicaraan dengan Fitri yang sedang mabuk cinta kepadaku.
Pada saat mengambil handuk, berjalan ke kamar mandi, tiba-tiba hp ku berbunyi lagi…
Fitri kenapa lagi sih. Batinku..
Ternyata pas kulihat, yang memanggil adalah Melinda.
“ya.. Hallo…” aku menjawab hp ku.
“pak Tommy. Sudah sampai ya?” suara Melinda merdu sekali.. Duhh pengen banget bisa nyicipin doi. Batinku.
“ya sudah Mel. Besok kita meeting jam 9 pagi kan?” tanyaku memastikan acara besok.
“yes of course. Mmm..” Melinda terdengar ingin mengatakan sesuatu.
“kenapa Mel..? Kamu dimana” tanyaku
“mm.. Gpp pak.. Anu.. Udah makan belum?” katanya.
“mau nraktir yaaaa” kataku menggoda.
“hahaha.. Dasar..” suaranya lembut tertawa. Menggoda sekali mendengar tawanya.
“do you want to hangout?” tanyanya lagi.
“boleh.. Dimana?” aku balik bertanya..
Singkat cerita aku turun ke loby menunggu Melinda menjemputku. Kami akan pergi ke suatu rumah makan dekat hotelku.
Tidak lama kemudian muncul mobil SUV putih merek jerman. Berhenti di depanku, kacanya terbuka…
“pak Jimmy.. Ayo” suaranya kukenal..
Ternyata Melinda. Aku masuk ke mobilnya dan kami berangkat ke tujuan.
Melinda mengenakan kaos ketat hitam lengan panjang dengan tali2 menyilang bagian dadanya seperti pada tali sepatu. Pinggulnya sedikit terlihat diantara kaos dan jeans ketat biru muda yang banyak sobekan di lututnya. Modis sekali.
Wanginya enak banget, mengusik gairahku.
“nih oleh2 buat kamu” aku memberikan bingkisan makanan ringan dari salah satu toko terkenal di Jakarta.
“wah thanks ya. It’s very nice.. ” kata Melinda tersenyum lebar. Ia kelihatan senang sekali.
Kami mengobrol di perjalanan. Tangannya putih mulus memegang perseneling matic dengan gelang emas putih dan jam tangan digital berwarna senada menghiasi pergelangan tangannya. Rasanya pengen kugenggam tangan mungil itu.
Sambil ngobrol, dari samping saat ia menyetir aku mencuri pandang melihat dadanya yang putih mulus. Belahan payudaranya terlihat jelas. Apalagi saat melewati polisi tidur, payudaranya berguncang. Terlihat kenyal…
Melinda bercerita bahwa mantan suaminya mencoba menghubungi lagi, ia sempat galau katanya.
Aku mendengarkan dan hanya sedikit memberi masukan mengenai hubungannya. Intinya, aku menjelaskan bila suatu hubungan rumah tangga berakhir cerai artinya sudah ada kesepakatan diantara dua pihak. Buat apa dilanjutkan lagi? Bukankah begitu?
Melinda hanya mengangguk, pandangannya kedepan memperhatikan jalan.
Kalau memang masih ada perasaan buat apa bercerai? Mengambil keputusan bercerai dengan mudah dan tidak berpikir panjang itu sangat kekanakan. Sebaiknya beri aku giliran untuk mencicipi tubuh indah itu supaya kamu tambah dewasa, batinku.
Beberapa saat setelah sampai di cafe..
Aku makan cukup banyak karena kelaparan, Melinda hanya makan sedikit. Ia cuma memesan salad. Sesudahnya kami mengobrol sambil minum wine.
Banyak mata pria yang mencuri pandang ke Melinda. Penampilannya memang cantik menggoda. Aku merasa beruntung..
Hp ku beberapa kali bergetar karena panggilan masuk dari Fitri, tapi aku tidak menjawab, kuaktifkan mode senyap. Pikirku besok saja kuberi alasan kalau aku sudah tidur. Karena saat ini toh sudah jam 10 malam. Banyak pesan tidak terbaca, mungkin salah satunya dari Fitri.
Aku tidak berani membuka HP selama bersama Melinda.
Kami ngobrol semakin jauh sampai bercerita hal2 lucu. Kadang tertawa sampai ngakak sampai tidak terasa kami sudah menghabiskan 2 botol wine.
Banyak jurus mautku keluar menggoda Melinda sampai dia mencubit tanganku sambil tertawa terpingkal-pingkal.
Aku yakin dia ada perasaan padaku. Dari caranya memandang, dari sikapnya, dari gaya bahasanya. Terlihat kalau dia menutupi perasaan itu. Sebagai janda sudah seharusnya ia merasa kesepian. Butuh cinta baru untuk mewarnai hatinya kembali.
Ketika waktu menunjukkan pukul 11 malam, akhirnya kami pulang. Melinda sudah sangat tipsy, aku inisiatif menyetir. Seharusnya bisa saja kuantarkan dia pulang dulu. Toh nanti aku bisa naik taksi. Tapi Melinda bersikeras mengantarku dulu ke hotel. Alasannya karena ia sebagai tuan rumah di kota itu.
“it’s okay, ini daerah gue.. Dah biasa kok” kata Melinda.
“tapi kamu kan mabuk Mel” kataku.
“enggaklah. Aku masih sadar kok.” katanya percaya diri.
Sepanjang perjalanan pulang ke hotel kami banyak diam. Mungkin karena cape kebanyakan ngobrol, cenderung menikmati suasana malam pemandangan kota.
Sesampai di hotel aku tidak berhenti di loby, tapi memarkirkan mobil.
“kenapa..?” kata Melinda heran.
“ada dokumen yang mau aku titip ke kamu” kataku beralasan. Padahal ini salah satu modus mengajak dia ke kamarku.
“oh.. Aku tunggu disini?” katanya.
“naik aja, aku mau kasih lihat kamu sesuatu” jawabku.
“oh what is that?” tanyanya penasaran.
“ada deh..” jawabku singkat lalu membuka pintu keluar dari mobil.
Sambil berjalan menuju ke kamar aku nekat menggandeng tangannya.. Melinda cuek aja awalnya. Namun beberapa detik kemudian dia merasa risih dan melepaskan gandengan tanganku. Di dalam lift dia terdiam.
Aku mencuri pandang melihat tubuhnya, memperhatikan posturnya, merasakan wanginya.. Hmmmmm.. Nyaris sempurna nih cewe. Batinku mulai birahi.
Saat berjalan di koridor aku mengungkit cerita lucu tadi di cafe. Dia tertawa lalu tangannya mengacungkan telunjuk di bibirnya, ia sadar tawanya cukup keras. Aku menggodanya mengelitik pinggangnya dari belakang. Melinda kaget menggeliat.
“iihh… Rese dech” katanya sambil tertawa.
Sampai di kamar.. Dia melihat suasana kamarku…
“wah.. Kamarmu luas ya pak? Ambil yang suite ya?” tanya Melinda.
Aku hanya mengangguk sambil menaruh barang2 di meja.
“kamu ambil aja minuman di kulkas kalau mau” kataku
“hmm.. No thank you” jawabnya sambil menarik celana jeansnya yang ketat seperti mencegah melorot. Payudaranya berguncang saat ia melakukan itu.
Melinda berjalan ke sofa dekat TV lalu ia duduk disitu menyilangkan kaki.
“so.. Apa yang mau kasih lihat ke aku?” tanya Melinda sambil mengambil remote TV..
Aku membuka bajuku, telanjang dada. Bodyku banyak yang bilang bagus dengan six pack yang kering. Hanya celana jeans yang masih kupakai.
Melinda terpukau melihat badanku, wajahnya merah kedua tangannya memegang pipinya. Ia kelihatan salah tingkah lalu dia mengalihkan pandangan ke TV.
“panas yah” katanya sambil menatap TV tangannya memencet terus tombol channel mengganti saluran.
“oh.. AC baru nyala, belum dingin lah..” jawabku sambil berjalan mendekat.
“mungkin aku tipsy” katanya sesekali melirik padaku.
Aku sudah berdiri disampingnya persis. Melinda terlihat semakin salah tingkah. Ia tidak berani melihatku. Pandangannya terus ke arah tv. Padahal channelnya diganti terus.. Entah apa yang ditonton..
Di atas pandanganku melihat dadanya bergerak naik turun, sangat terlihat ia bernafas dengan gugup.
“umm.. I better go home…” kata Melinda langsung bangkit berdiri.. Namun ia terdiam sesaat berdiri berhadapan denganku.
Matanya melihat dadaku yang bidang, ia memegangi lehernya dan pipinya, sambil mengangkat bahunya ia tersenyum kecil.
Aku langsung memeluknya dan mencium bibirnya…
Mmhh… Kami berciuman… Bibir Melinda lembut sekali
Tangannya menekuk didepan dadanya berpegangan pada bahuku. Matanya terpejam menikmati ciuman.
Beberapa saat ia tersadar… Lalu mundur…
“sorry, sebaiknya aku pulang” katanya pelan menatap mataku lalu menunduk sambil berjalan melewatiku…
Saat Melinda mau membuka pintu, tanganku menahan pintu itu dari belakangnya.
Ia terkejut berbalik badan. Matanya sipit cantik menatapku dengan grogi…
Langsung saja kucium bibirnya, kedua tangannya menahan dadaku.. Hanya beberapa detik Melinda menerima ciumanku lalu ia mendorong dadaku menjauh..
“pak… Stop it. Gak seharusnya kita begini” bisiknya.
Wajahnya merah merona karena anggur, semakin terlihat sensual… Bibir merahnya merekah, seksi sekali.
Tanpa berbicara sepatah katapun aku nekat mencium lehernya yang mulus..
“mmh..” Melinda mendesah memejamkan mata, kedua bahunya naik. Tangannya memegang pundakku.
Wanginya bener2 membakar libidoku. Tubuhnya lembut, kupeluk erat, aku mencium telinganya…
“ahh…” Melinda mendesah kaget, tangannya mencengkeram bahuku.
Lalu aku sedikit bungkuk mencium dadanya… Lehernya… Dagunya…
“pak..” katanya pelan sambil menahan kenikmatan nafsu.
Aku tidak merespon, terus mencium. Bibirnya merah seksi sangat lembut kulumat.
“mmmh…” Melinda tidak bisa berkata-kata saat kucium
Tanganku mulai bergerak ke bawah, pinggulnya, kuremas pantatnya…
Seketika ia terkejut, melepaskan ciuman..
“sudah sudah.. Ini terlalu cepat deh” katanya pelan sambil menatapku.
Aku tersenyum lalu kupeluk dia, kugendong ke atas kasur sampai ia terlentang. Wajahnya merah, matanya menatapku malu…
“kita gak seharusnya begini..” bisiknya sambil menatap perutku yang berotot.
Wajahnya sangat sensual. Aku langsung menindihnya
“kamu manis sekali Lin..” bisikku. Lalu kucium telinganya…
Melinda mendesah, kedua tangannya naik ke leherku. Ia terangsang saat kujilati lubang telinganya… Matanya terpejam, bibirnya merekah terlihat deretan giginya mengunci rapat mendesis…
“ah.. ! Ssshh”
Kedua tangannya memegang pipiku, mengarahkan kepalaku supaya memandangnya…
Kami terdiam sesaat.
“hey.. . Kok nekat banget sih. Kita gak boleh begini” katanya berbisik sambil menggelengkan kepalanya. Ia mencoba menyadarkanku..
Wajahnya cantik banget….
“kamu gak suka ya?” kataku pelan menatap matanya…
“mm… Bukan begitu.. Tapi..” belum selesai ia berbicara langsung kucium lagi…
“mmmh..!” Melinda menggumam nadanya meninggi saat bibirnya kulumat. Mata kami saling beradu sangat dekat sekali….
Aku merasakan nafasnya hangat, gairahku semakin tidak terbendung.
Penisku sudah mengeras dibalik celana, Melinda memegang pinggangku sambil menikmati ciuman ini..
Sesaat ia melepas ciuman…
“Jimmy… Ini terlalu cepat” kata Melinda mendesah..
Nafasnya mulai cepat seiring adrenalin kami yang sama2 terpompa oleh gairah cinta.
Tangan kananku membuka resleting celananya sambil kucium dadanya…
“jangan..!” katanya panik dengan nafas menggebu-gebu
Tangannya mencengkeram lenganku. Kepalanya menggeleng sambil menatap mataku….
Aku mencium payudaranya yang masih terbungkus kaos hitam itu….
“ah…” Melinda kaget
Wajahnya semakin merah karena malu…
Resleting celananya berhasil kubuka, lalu kutarik celananya walaupun seret, tapi berhasil sampai separuh pahanya. Pinggulnya putih kenyal, terlihat celana dalam warna hitam tipis, bahannya sangat bagus.
“jangan, nekat banget sih” bisiknya sambil menahan menarik celananya…
Lalu aku mengangkat kaosnya ke atas dadanya sampai terlihat payudaranya yang mulus putih terbungkus bra warna merah marun. Ukuran payudaranya tidak besar, tapi juga tidak kecil, kira2 cup B lah.
Melinda mencoba bertahan untuk tidak berzinah namun aku yakin rasa kesepiannya selama ini tidak mampu menutupi kebutuhan birahinya yang sudah lama ia tidak mendapatkannya.
Aku membuka cup bra nya sampai payudaranya terlihat jelas, putingnya berukuran sedang berwarna cokelat muda dengan aerola yang kecil.
“aaah…” Melinda mendesah saat aku memilin putingnya.. Lembut sekali..
Lalu ku emut payudaranya, putingnya kujilati…
Lidahku berputar memainkan putingnya sampai mulai mengeras. Melinda memejamkan mata dengan nafas menggebu.. Dadanya putih mulus bergerak naik turun.
Payudaranya kenyal dan mulus.
“mmhh…” Melinda mendesah mulai tenggelam dalam birahi
Lalu aku kembali ke celananya. Kutarik turun sampai lututnya, kutarik lagi sampai pergelangan kakinya, dan kutarik lagi sampai terlepas… Kakinya tidak banyak berontak…
Aku mencium vaginanya yang masih terbungkus celana dalam itu..
“mmhhh…!” Melinda mendesah tinggi mencoba menolak libidonya namun tidak mampu menutupi rasa nikmat…
Kedua tangannya memegang kepalaku…
“stop Jim… Jangan dong” katanya pelan, kepalanya naik dari kasur berusaha melihatku yang sedang mencium kemaluannya.
Kemudian aku merangkak ke atasnya… Aku menindih Melinda dan mencium bibirnya…
Mmuach.. Muach….
Ia tidak menolak ciumanku… Sekali lagi.. Aku melumat bibirnya, lidahku masuk diantara giginya. Lidahnya menyambut lidahku. Melinda tenggelam dalam ciuman penuh nafsu. Aroma nafasnya dan hangat bibirnya terasa di mulutku.
Sambil berciuman aku menggesekkan penisku di kemaluannya. Walaupun masih pakai celana tapi gundukan dibalik celanaku merasakan kenyalnya vagina Melinda yang masih tertutup celana dalam itu.
Sesaat ia melepas ciumanku..
“this is too early.. ” bisiknya sambil kembali berciuman
Bibir kami sudah sangat basah, berpagutan dengan cepat. Sesaat aku melepaskan ciuman..
“I don’t care.. I really likes you” jawabku berbisik lalu kucium lagi bibirnya…
Nafas kami saling menggebu… Tangan kananku ke selangkangannya, jariku bermain di kemaluannya dan menggesek…
Melinda menggeliat terasa geli sekaligus enak
Mmhh.. Muach.. Mmhh… Kami terus berciumam dengan penuh nafsu
Tangannya mencengkeram lenganku yang berotot.
Aku mencium lehernya, terasa hangat dengan basah keringat. Aromanya wangi sekali, menusuk gairah kejantananku..
“ahh.. Hsssh” Melinda nafasnya penuh gairah
Sambil terus mencumbu kubuka celanaku sampai telanjang bulat. Penisku sudah mengeras kaku…
Lalu aku menarik kaos lengan panjangnya, melepaskan melewati kepala dan lengannya. Melinda masih mengenakan celana dalam dan bra.
“kamu bener2 gila..” katanya dengan nafas menggebu..
Melinda menatapku tajam tapi kedua tangannya meraba perutku, kedua kakinya tidak sadar mengangkang, seolah siap menerima sesuatu yang nikmat.
Langsung kutindih tubuhnya. Penisku kugesekkan, menyundul vaginanya yang masih terbalut celana dalam.
“mmhh….” ia mendesah menggigit bibir bawahnya.. Matanya terpejam merasakan sundulan penisku yang keras
Melinda memalingkan wajahnya kesamping masih memejamkan mata, tidak berani menatapku. Pipinya kucium sampai telinganya kujilati, Melinda menggelinjang hingga payudaranya bergoyang dan aku meremasnya dengan lembut…
Bahan bra nya cukup tipis dan lembut sehingga aku bisa merasakan kenyal payudaranya.
Aku merasakan celana dalamnya sudah basah sekali..
Terus kusundul penisku di bibir vaginanya yang masih terhalang celana dalam.
Lalu tanganku diam2 kebawah, jari telunjukku menggeser celana dalam bagian yang menutupi vaginanya…
Begitu kugeser kesamping, kepala penisku langsung menempel pada bibir vaginanya. Rasanya hangat dan panas..
Pelan tapi pasti. Penisku masuk kedalam vaginanya…
Slebb….
“oohh….” Melinda terkejut matanya melotot padaku…
Tangannya kuat mencengkeram kedua lenganku. Mulutnya mangap merasakan penisku masuk terus makin dalam..
“masuk ya..??” katanya berbisik…
Dadanya naik turun seiring dengan nafasnya yang menggebu-gebu…
Pelan penisku kutarik lagi sedikit lalu masuk lagi terus makin sedikit cepat…
“mmfff!” Melinda menggelengkan kepala sambil memejamkan mata.. Ia menggigit bibir bawahnya…
Merasakan penisku keluar masuk dalam vaginanya membuat ia melayang merasakan nikmat tiada tara. Pasti sudah lama sekali vaginanya tidak merasakan penis..
“Enak nggak Mel..” kataku berbisik sambil menggenjot dengan pelan…
“ahh.. Enak…” katanya pelan, matanya Melinda sayu menatapku.
Sepertinya sudah tidak ada rasa malu atau canggung lagi baginya. Melinda sudah terbakar nafsu, ia mulai berani menggoyangkan pinggulnya menerima genjotanku..
“aah… Sshh.” Melinda terus mendesah sambil terus menatapku… Seolah menantang.
Vaginanya sangat hangat dan memijit penisku dengan kuat. Duh.. Rasanya bener-bener enak. Apalagi saat ia menggoyangkan pinggulnya mengiringi sodokan penisku.
Kami benar-benar dimabuk asmara. Bukan hanya nafsu. Tapi memang ada perasaan terpendam diantara kami.
Melinda masih mengenakan bra dan celana dalam. Bagian celana dalam tadi yang kugeser, supaya penisku bisa masuk. Dengan posisi missionaries… Aku menggenjot dengan semangat cinta yang disambut dengan goyangan pinggulnya. Sangat berirama.
Kami berciuman lagi dengan nafsu cinta yang menggebu.
Muachh… Aah… Shh.. Muach.. Aahh… Aahh… Muach
Suara kami kompak mengisi kamar dengan suara ciuman, desahan dan bisikan-bisikan. Ditambah lagi dengan suara tepukan pangkal penisku dengan selangkangannya.
Plok.. Pok.. Pokk… Pokk…
“ahhh… Ahh.. Ahh..” Melinda mendesah dengan merintih merasakan sodokan penisku. Matanya tidak lepas dari tatapanku.
Plok.. Pok… Pok…
Badanku bangkit tegak sambil menggenjot. Payudaranya bergoyang dibalik bra itu. Kedua tanganku memegang kedua tangannya telapak tangan kami saling mengunci, jari2nya mungil kugenggam. Pinggulku terus kugoyang dengan agak cepat.
“aah… Aah… Sshh..” Melinda menatapku terus sambil mendesah…
Kedua kakinya mengangkang semakin lebar, sambil terus menggoyangkan pinggulnya.
Nafsu birahinya sangat tinggi pikirku, hanya saja selama ini dipendam.
Pokk…pok..pok..pok…
“aagh…uuuhh..” Melinda mendadak melenguh menggigit bibir bawahnya lagi… Matanya terpejam…
“kenapa sayang..” bisikku bertanya…
Pok.. Pok.. Pok… Pok…
“mmm, mau keluar…” bisiknya malu2…
Pokk.. Pok…. Pok…
“keluarin aja sayang..” bisikku dengan ngos2an…
Lalu kupercepat sodokan penisku…
Plok… Plok… Plok… Plok.. Plok..
Suara tepukan selangkangan kami terdengar becek..
“aah.. Ahhh.. Ah ah” desahan Melinda semakin cepat.
“ayo keluar aja sayang…” kataku dengan nada naik turun karena menggenjot dengan cepat.
Plok.
Plokk…
Plokk…
Plok..
“hegh.. Hegh… Iiihhh” Melinda seperti merintih menjerit pelan matanya memejam…
Plok…
Plokk….
Plokk..
“ayo sayang.. Keluarin” bisikku keras.
Genjotanku semakin cepat dan kuat. Melinda merasakan kerasnya sodokan penisku sampai meringis tidak membuka matanya..
“iihh…. Heghh ehh” Melinda meracau kedua tangannya menggenggam kuat genggamanku.
Tiba-tiba aku merasakan cairan panas seperti air kencing membasahi penisku. Membasahi kasur..
Melinda terlihat ngos2an menatapku sayu.. Sambil terus menggenggam kuat kedua tanganku.
Cairan itu banyak sekali keluar. Bener2 seperti pipis.
Peluh keringat terlihat dibelakang pipi dan lehernya. Melinda terlihat seksi banget.
Genjotanku mulai pelan…
Plokk.. Plokk… Plok…
Suaranya sangat becek terdengar.
Lalu aku merebahkan badan menindih Melinda tapi kedua tanganku disamping kepalanya menopang di kasur sambil mengusap rambutnya, mengelus kepalanya… Aku terus menggenjot dengan sangat lembut…
“enak..?” bisikku…
Melinda menatap mataku.. Hanya mengangguk..
Kedua matanya sipit cantik, menggemaskan…
Lalu kami berciuman lagi sambil terus kugenjot. Vaginanya basah masih memijit batang penisku…
Sekitar sejam diposisi ini, tiba-tiba Melinda mendorong bahuku.
“sini gantian…” katanya
Lalu aku mencabut penisku dan berbaring disampingnya. Melinda bangkit dari kasur sesaat ia melepaskan celana dalamnya lalu jongkok duduk diatasku, vaginanya pas di atas penisku, dia seperti berlutut seperti duduk lesehan.. Bibir vaginanya terlihat jelas tanpa bulu kemaluan, ia memegang penisku mengarahkan ke vaginanya..
Dan kemudian..
Slebb….
Penisku masuk lagi ke dalam kemaluan Melinda..
“mmmhhh…..” Melinda sesaat memejamkan mata saat penisku masuk..
Dia terdiam sebentar menikmati penisku yang berdenyut di dalam vaginanya. Melinda duduk tegap, badannya penuh keringat, lalu kedua tangannya kebelakang membuka kait bra nya..
Aku hanya berbaring menikmati cantiknya Melinda.
Sesaat kemudian ia melepaskan bra nya, dengan perlahan menurunkan tali Bra nya melewati lengannya yang mulus.. Sedikit mengangkat bahunya.. Wajahnya merah tersenyum kepadaku…
Waduuhhh… Cantik bangeeeet! Sumpah.
Kemudian ia melempar bra nya ke sofa disamping kasur
Payudaranya terlihat proporsi indah sekali
Sambil berbaring kedua tanganku meremas payudaranya.. Sangat lembut…. Aku hanya terlentang pasrah…
Melinda mulai menggoyangkan pinggulnya. Ia bermaksud mengaduk penisku di dalam vaginanya tetapi karena penisku yang besar dan keras malah membuatnya merasa diaduk sendiri.
“ooh… Ahh…” wajahnya meringis.. Menahan nikmat.
Kedua tangannya menopang diatas dadaku. Sesekali ia meraba perutku.. Pinggulnya mulai bergoyang agak cepat setelah liang vaginanya sudah menyesuaikan padatnya penisku.
Sambil menggenjotku, Melinda menunduk kebawah memandangku dengan sayu dan merintih.
“do you want it..? ” bisiknya seolah menantangku. Ia terus menatapku sambil menggenjot cukup cepat.
“aahh… Shh….” sesekali ia mendesah menahan nikmat penisku karena goyangannya sendiri..
Payudaranya menggantung bergoyang maju mundur, terlihat sangat proporsi, indah sekali. Sesekali aku meremasnya sambil menikmati genjotan Melinda.
“ah.. Ah.. Ah..” Melinda mendesah dengan cepat seiring dengan genjotannya. Sepertinya mau klimaks, pikirku.
Pinggulnya digoyangkan memutar. Penisku terasa mengaduk memutar di dalam vaginanya… Wajahnya mengadah ke langit2..
“ah.. Ahh.. Ahh.. Ah..” desahannya semakin meninggi.
Tidak lama kemudian, selangkanganku basah oleh cairannya..
“oohh… Shit.” Melinda setengah teriak menunduk sambil memejamkan mata..
Goyangannya tidak berhenti masih cepat..
“oh.. Shhh…” ia merintih menahan nikmat yang amat sangat. Peluh keringatnya mengalir di payudara dan perutnya.. Terlihat sensual sekali.
“this is good..” katanya meracau sambil memejamkan mata
Pinggulnya terus bergoyang. Tubuhnya terlihat mengkilap licin oleh peluh keringat. Rambutnya agak acak ada yang menempel di lehernya kena keringat semakin terlihat seksi.
Genjotan Melinda semakin pelan, ia mengatur nafas.
Matanya kembali menatapku…
“do you like it..” bisiknya dengan tatapan tajam.
Aku hanya mengangguk, memegangi pinggangnya. Lalu meraba pahanya sambil tersenyum.
“bangun Mel..” kataku memberi isyarat ganti posisi.
Lalu Melinda bangkit melepaskan penisku dari vaginanya. Ia menhgemaskan tubuhnya ke kasur disampingku. Aku bangun memintanya balik badan tengkurap.
Setelah Melinda telengkup, aku menindihnya dari belakang aku mencium leher belakangnya, penisku menempel tepat di belahan pantatnya. Rasanya licin dan empuk sekali. Kugesekkan penisku di tengah pantatnya sampai menyentuh bibir vaginanya…
“mmhh.. Cepet masukin..” bisiknya pelan..
Kepalanya menghadap samping, aku mencium pipinya, jariku meraba wajahnya lalu masuk ke bibirnya, Melinda sudah sangat mabuk nafsu, ia mengulum jariku sambil memejamkan matanya..
Dan penisku sudah tidak sabar menyundul bibir vaginanya..
Kemudian…
Slebb….
“uuhh.. Shhhh” Melinda mendesah saat penisku masuk.
Pantatnya digoyangkan naik turun melayani sodokanku. Vaginanya memijit mijit lembut batang penisku..
“mmh.. Ah..” desahannya semakin liar…
Pinggulku maju mundur menggenjot pantat Melinda…
Plok.. Plok.. Plok… Plok..
“mmh.. Mmh….” ia menggumam, badannya bergoyang maju mundur oleh sodokanku.
Plok.. Plokk.. Plok..
Wangi tubuhnya tidak hilang, terus merasuk hidungku semakin membakar birahi.
Sekitar 10 menit, aku bangkit mencabut penisku.. Posisiku berlutut, aku menepuk pantatnya sampai bergetar.
“naik Mel..” bisikku.. Memberi isyarat untuk doggy style.
Lalu Melinda mengangkat pantatnya sampai menungging.
Kedua tangannya menopang kasur dengan sikutnya. Pantatnya cukup besar kalau kuoerhatikan. Aku meremasnya dengan gemas.
Lalu aku mengarahkan penisku ke bibir vaginanya..
Aku gesekan naik turun membelah bibir kemaluan Melinda.. Ia menoleh kesamping berusaha melihatku dibelakangnya…
“jangan keluarin di dalem ya..” katanya pelan.
Lalu ia menundukkan kepala di atas kasur itu…
Penisku sudah menempel bibir vaginanya yang empuk dan basah.. Lalu….
Slebb….
“mmh…. Fuck..! ” Melinda mendesah setengah teriak.
Aku menarik pelan penisku lalu kusodok lagi…
Plok..!
“mmhh!” ia menggumam menahan suara.
Kutarik lagi sedikit.. Dan kusodok lagi..
Plok..!
“mmh…! Shiit!” ia menjerit kenikmatan..
Akhirnya sodokanku makin kupercepat..
Plok.. Plok… Plok…
“ah.. Fuck.. This is so good” katanya meracau…
Aku melihat tubuhnya dari belakang indah sekali, seperti body gitar… Pinggulnya pantatnya besar dengan pinggang yang kecil..
Plok.. Plok… Plok…
“ahh… Ah.. Ah… Enak banget… Shit” Melinda tidak berhenti meracau…
“enak sayang..?” bisikku sambil menggenjotnya..
“banget..” jawabnya singkat…
Plok.. Plok… Plok…
“rasanya mentok.. Ah.. Ahh..” katanya sambil mendesah.
Plok.. Plok…
“ahh.. Ahh..” pinggangnya lembut kugenggam maju mundur berlawanan dengan sodokan penisku…
Semakin cepat kugenjot… Melinda semakin menggila…
“ooh… Aah… Cepet yang cepet…” katanya.
Plok. Plok.. Plok.. Plok… Plok..
Sodokan semakin cepat, penisku sudah terasa sangat licin keluar masuk vaginanya yang sangat becek…
“Mel aku mau keluar..” kataku sambil ngos2an..
Plok.. Plok.. Plok..
“jangan di dalem..” jawabnya sambil ngos2an juga..
Plok.. Plok.. Plok.. Plok…
Aku sedikit menunduk memeluknya dari belakang, tangan kiriku disamping pinggangnya menopang kasur, tangan kananku meraih dadanya, meremas payudaranya yang menggantung bergoyang oleh genjotan…
Plok.. Plok.. Plok…
“mmh.. Mmh.. Mmmh..” desahannya tertahan…
Payudaranya kenyal enak banget diremas remas… Licin keringatnya membuatku semakin bernafsu…
Plok.. Plok.. Plok… Plok…
“oohh.. Mmhh.. Mmhh.” Melinda terus mendesah..
Plok.. Plok… Plok… Plok..
Tiba-tiba aku menahan sesuatu, kucabut penisku sambil menepuk pantatnya..
“balik Mel..” bisikku tegas.
Seketika Melinda balik badan merebahkan tubuhnya terlentang… Wajahnya melihatku…
“aaaaahh…..” aku melenguh panjang.
Kuarahkan penisku ke tubuhnya… Air mani ku menyemprot di atas perutnya, payudaranya. Sambil terus kukocok penisku
Melinda ngos2an sambil melihat penisku yang menyemprot di tubuhnya…
Rasanya nikmat banget. Air mani ku menyemprot banyak..
Melinda memegang buah zakar ku merabanya sementara penisku terus menyemprotkan air mani..
Gila.. Enak banget.. Sumpah… Aku membatin.
Setelah itu kami sempet tiduran sebentar berpelukan…
Sebelum akhirnya Melinda beres2 memakai baju lagi. Dan kuantar dia pulang. Kami berciuman di mobil sebelum aku pulang. Dia seperti tidak tau harus berkata apalagi. Dia hanya diam lalu masuk rumah..
Waktu itu sudah jam 1 malam.. Aku harus cepet istirahat.
Besok pagi akan meeting dengan dia.